Kepala Dinas
Pendidikan Sumatera Utara Syaiful Syafri mengatakan pihaknya mendukung
sepenuhnya jika pendidikan seks dimasukkan dalam kurikulum, namun harus
dibatasi yakni tidak pada semua jenjang pendidikan.
"Materi pendidikan seks itu tidak perlu untuk semua jenjang
pendidikan misalnya pada tingkat TK, SD, dan SMP. Saya setuju jika
dimasukkan hanya pada kurikulum SMA sederajat," katanya, di Medan, Kamis
menanggapi usulan pendidikan seks dimasukkan dalam kurikulum.
Ia mengatakan, pendidikan seks yang diajarkan muatannya sangat
bermanfaat bagi pengetahuan siswa sejak dini, misalnya saja pergaulan
bebas. Selain itu siswa juga diberitahu betapa bahayanya pergaulan bebas
yang akhirnya menimbulkan berbagai penyakit.
Dari muatan bahan pendidikan tersebut, lanjutnya, juga akan
diperkenalkan jenis-jenis penyakit yang diakibatkan oleh seks bebas.
Dengan adanya pendidikan seks itu, siswa bisa mengetahui
penyakit-penyakit yang membahayakan akibat pergaulan bebas tersebut.
"Selain itu pendidikan seks juga akan membahas bahayanya menikah di
usia dini. Ini tentunya perlu disampaikan pada siswa, mengingat
melakukan hubungan di luar nikah lebih banyak bahayanya dari pada
amannya," katanya.
Menurut dia, pentingnya pendidikan seks dimasukkan ke dalam
kurikulum di Indonesia karena budaya atau kultur Indonesia juga belum
secara gamblang menerangkan persoalan tersebut.
Di negara Barat, seks bukan hal tabu atau asing lagi. Malah setiap
orang yang sudah dinyatakan dan mengerti seks, maka tidak disalahkan
kalau orang itu berbuat seks secara bebas.
"Di negara luar itu, malah diajarkan dan langsung dipraktikkan.
Namun di sini pastinya tidak demikian karena kita menganut adat
ketimuran," katanya.(*)
(T.KR-JRD/C/M034/M034) 04-08-2011 22:31:11
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © 2011
SUMBER
0 komentar:
Posting Komentar