Welcome to My Blog... Keluarga besar daus-arrafi.blogspot.com or cafebebas.net.tf mengucapkan Dirgahayu Republik Indonesia yang ke 67 tahun dan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1433 H, Minal Aidin Wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir dan Bathin.
Masukan Nama Penyanyi / Judul Lagu

Selasa, 08 Maret 2011

Penanaman Nilai – Nilai Kemanusiaan; Upaya Meretas Konflik


Penulis : EDI SAPUTRA P
A. Lahirnya Konflik
Saat kuberjalan di kampusku, kudengar sebuah letusan, aku bertanya dalam hati apakah itu? Ternyata ada perang di kampusku
Bukan lagi cerita baru ketika kita berbicara konflik di parang tambung, hampir tiap tahunnya letusan “papporo” menjadi alunan musik ciri khas UNM ParangTambung. Saling baku tembak senjata rakitan (papporo) menjadi hobby tersendiri untuk mahasiswa parang tambung. Kenapa sering terjadi konflik di Parang Tambung?. Konflik berarti adanya oposisi atau pertentangan  antara orang – orang, kelompok – kelompok atau organisasi – organisasi. Suatu konflik yang terkadang lahir secara alami kemudian dijadikan cost conflict (simpanan konflik/tabungan konflik) oleh segelintir orang yang memiliki kepentingan terhadap konflik tersebut. Lahirnya pertentangan – pertentangan yang mulanya hanyalah pertentangan individu – individu kemudian di design oleh segelintir “sutradara” konflik yang kemudian menjadikan konflik tersebut meluas hingga menyisakan cost (simpanan) yang sewaktu – waktu bisa dimainkan lagi sesuai dengan kebutuhan. Adanya sekat geografis, sekat agama, serta sekat – sekat lainnya terkadang memicu konflik massa, karena perbedaan – perbedaan sekecil apapun sangatlah mudah disulut menjadi sebuah letupan massa yang anarkis karena pada dasarnya setiap manusia memiliki ego individu masing – masing. Namun konflik yang lahir secara alami (natural) tanpa design akan mudah terselesaikan karena pada dasarnya setiap diri manusia senang akan kedamaian. Namun berbeda dengan konflik yang terencana ( design conflict) akan cenderung memakan waktu yang lama karena sengaja disimpan untuk berbagai kebutuhan, baik dari segi politik kekuasaan maupun dari segi ekonomi.

B. Tinjauan Konflik dari segi politik kekuasaan dan ekonomi.
Adanya konflik terkadang menjadi suatu keuntungan tersendiri bagi kalangan elite. Adanya letupan konflik bisa dimanfaatkan oleh kaum elite dalam pembangunan image (image builing), misalnya ketika terjadi kerusuhan kemudian seseorang bisa muncul sebagai penengah atau penetralisir  atau dengan kata lain muncul sebagai hero yang kemudian akan sangat membantu dalam pembangunan citra dan biasanya tipologi macam ini sering terjadi ketika moment – moment menjelang pemilihan, baik itu pemilihan kades, camat, bupati, gubernur, walikota sampai presiden. Kemudian konflik juga terkadang digunakan untuk menutup suatu isu, atau konflik terkadang digunakan sebagai pengalihan wacana oleh kaum elite demi kepentingan kekuasaan, misalnya ketika ada kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah namun dianggap akan menuai banyak kritikan dari berbagai kalangan maka pada saat itu “sutradara” konflik dapat memainkan peran dalam menciptakan suasana tegang dengan tujuan pemecahan konsentrasi sehingga grand issue (issu utama) menjadi kabur. Tipologi konflik macam ini sering ditemukan di kampus – kampus, ketika ada kebijakan pemerintah yang menuai kritik dari mahasiswa maka pada saat yang bersamaan akan terjadi konflik di kampus.  Kemudian dari tinjauan  ekonomi keterlibatan intelijen kepolisian dalam memainkan konflik juga tak dapat dipungkiri, karena ketika terjadi konflik di suatu lokasi maka pihak kepolisian akan mendapatkan proyek yakni proyek “mengamankan” suasana yang jelas juga akan mendapatkan tambahan dana pengamanan seperti konflik yang terjadi beberapa tahun lalu di UNHAS antara Fakultas Teknik dan Sospol. Menurut keterangan beberapa mahasiswa dari Fakultas Teknik dan Sospol bahwa yang melakukan penyerangan adalah “oknum” yang tak di kenal oleh kedua fakultas yang bertikai, artinya apa bahwa ada Big Skenario (skenario besar) di balik konflik yang terjadi di UNHAS, konflik yang di pesan (order) untuk dijadikan proyek penambahan pudi – pundi dana buat kepolisian, kasus yang juga hampir sama di UNM Parangtambung.

C. Analisis Konflik di Kampus UNM ParangTambung
Berbicara tentang konflik dalam skala kampus, sangat tidak enak ketika tidak membicarakan kampus parang tambung, parang tambung yang berasal dari bahasa makassar yang berarti “timbunan parang” merupakan kampus paling rawan konflik di Indonesia Timur. Hampir setiap tahun 3 sampai 4 kali UNM parangtambung menghiasi berita – berita baik media cetak maupun elektronik, apalagi kalau bukan soal tawuran atau bahasa kerennya perang. Kenapa kampus UNM parang tambung sangat rawan akan konflik?. Menurut analisis penulis bahwa ketika terjadi konflik di UNM parang tambung kita jangan melihatnya secara parsial atau Glokal tapi mari kita lihat konflik ini secara Global. Ketika terjadi konflik (baca:perang) di parangtambung coba kita lihat masalah apa yang terjadi di rektorat, apa yang terjadi di Gubernuran, apa yang terjadi di Senayan dan apa yang terjadi dengan negara kita karena menurut analisa penulis bahwa konflik yang terjadi di parang tambung adalah konflik by design, bukan konflik alami (natural konflik). Konflik parangtambung khususnya FT dan FBS adalah upaya memecah UNM karena disadari atau tidak bahwa mahasiswa parangtambung adalah penyumbang massa terbesar dalam setiap aksi seandainya kedua fakultas ini solid. Setiap perang yang terjadi di parangtambung ketika kita coba mengurai kejadiannya maka yang kita temukan hanyalah benang kusut. Ketika dicari sebab musabab  perang maka kita akan mendapatkan dua jawaban yang kontradiktif. FT mengatakan FBS yang mulai dan FBS mengatakan FT yang mulai, sebuah lingkaran setan yang tidak mempunyai ujung pangkal karena perang ini memang sengaja diciptakan untuk kepentingan tertentu.  Perang biasanya terjadi ketika ada kebijakan – kebijakan yang akan dikeluarkan oleh pemerintah, misalnya saja ketika isu kenaikan BBM pada saat itu tercatat beberapa kali kampus parangtambung ricuh lagi, kenaikan SPP serta banyak lagi kebijakan – kebijakan yang akan dikeluarkan namun terlebih dahulu didahului dengan konflik di kampus karena dengan tujuan agar konsentrasi aktivis terpecah, dalam hal ini mahasiswa menjadi dilematis karena di sisi lain mengkritisi kebijakan disisi lain mengatasi pergolakan internal, walhasil perlawanan menjadi tidak maksimal karena kita disibukkan untuk menuntaskan persoalan internal. Kemudian solusi yang dikeluarkan Birokrasi yakni pembangunan Tembok Berlin (tembok pemisah) antara FBS dan FT adalah solusi yang tidak radikal dan efektif, justru menurut analisa penulis bahwa hadirnya tembok pemisah justru akan menjadi saksi sejarah bahwa kedua fakultas ini adalah musuh abadi, sebuah simbol yang akan terus mencitrakan bahwa kedua fakultas ini memang bermusuhan, sampai beberapa generasi berikutnya.

D. Solusi Alternatif penyelesaian konflik
Konflik yang terjadi di parangtambung antara FT dan FBS adalah karena adanya arogansi ekstrem antar fakultas, bangunan yang terpisah serta pergaulan yang terpisah pula akan menyebabkan fanatisme salah kaprah. Coba kita bayangkan seandainya tata bangunan di UNM kita modifikasi, kita campur – campur jurusannya, dalam artian tak ada penyatuan bangunan dalam bentuk fakultas meskipun disiplin ilmu tetap kita bentuk fakultas. Misalnya di area teknik juga ada kelas untuk jurusan bahasa inggris, ada kelas untuk jurusan matematika, serta elektronika dalam satu bangunan, sehingga rasa fakultisme tidak menonjol keras karena kita akan bercampur dalam pergaulan, ataukah ada kuliah umum yang mana diikuti oleh semua jurusan sehingga kita bisa saling kenal mengenal, hal ini bisa meminimalisir konflik karena ada pepatah mengatakan “tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta dan tak cinta maka kita perang”. Selain itu penataan suasana kampus yang sangat tidak asri khususnya Fakultas Teknik yang mana sangat gersang sehingga menimbulkan stress bagi mahasiswa, karena suasananya memang mendukung. Hal ini mungkin bisa menjadi pertimbangan pihak birokrasi dalam upaya meretas konflik karena penulis banyak bercermin di pergaulan UKM. Kenapa UKM bisa menjadi lokasi yang netral karena di UKM kita tidak tersekat – sekat oleh jurusan atau fakultas, namun kita ketemu dalam satu kesamaan bakat atau hobby.

E. Penanaman Nilai – Nilai Universal
Kalau kita memetakan konflik yang terjadi di kampus parang tambung adalah konflik antar fakultas, padahal kalau kita mau menarik kesaman mahasiswa di kedua fakultas ini kita akan menemui banyak kesamaaan. Diantaranya ketika kita menggunakan payung daerah maka kita akan menemukan banyak mahasiswa FT dan FBS berasal dari daerah yang sama, kemudian kita lepas lagi payung kedaerahan maka kita akan menemui kesamaan dalam payung keyakinan (agama) misalnya banyak mahasiswa FT dan FBS ternyata memiliki kesaman agama, kemudian kita lepas lagi payung keyakinan maka kita akan menemui satu kesamaan universal, yakni kita ternyata sama – sama manusia, sama – sama lahir dari keturunan Adam dan Hawa, kita semua adalah saudara, kita memiliki persamaan nilai – nilai kemanusiaan, sekali lagi kita adalah saudara kenapa harus perang. Inilah yang harus kita tanamkan pada diri masing – masing agar potensi konflik bisa kita minimalisir karena kita semua cinta kedamaian.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes